Hi guys, sudah lama tidak mengupdate blog nih. Sy mau melanjutkan kembali cerita promil setelah terminasi kehamilanku di bulan Juli 2020 lalu. Bagi yg belum baca cerita promilku sebelumnya, silakan dibaca dulu yaaa.
Oke, cerita dimulai dari tanggal 26 Agustus 2020, sy kembali
menjumpai dr. Irwan di RSKIA Rachmi. Saat itu sy hanya konsultasi sih tentang
apa saja yang perlu sy persiapkan untuk promil berikutnya. Perlu tes TORCH ga,
atau tes yg lain agar hygroma colli tidak terulang. dr. Irwan menyampaikan
bahwa sy tidak perlu melakukan tes TORCH maupun tes yg lain karena kondisi
hygroma colli ini tidak berkaitan dengan infeksi. Dokter juga menyampaikan sy
bisa memulai promil lagi di bulan Oktober 2020 dan kejadian hygroma colli
sangat kecil kemungkinannya untuk berulang. Sy cukup lega mendengar hal
tersebut. Sy diberi resep asam folat 1 mg (total 60 tablet untuk dua bulan) yang
diminum saat hari pertama mens di bulan September 2020. Dokter juga memberi
resep vitamin untuk suami yg diminum saat hari pertama mens sy di bulan Oktober
2020 (total 30 tablet untuk satu bulan). Oiya, dr. Irwan juga menyampaikan nih,
jika nantinya telat haid, lebih baik test pack-nya setelah seminggu telat. Jika
test pack positif, tidak perlu buru-buru ke SpOG, tunggu saja seminggu
kemudian. Total biaya konsultasi dan vitamin Rp 291.500,-.
Bulan Oktober 2020 pun tiba, sy dan suami semangat untuk
promil kembali. Kami kembali berkonsultasi dengan dr. Agung baiknya harus
seperti apa. Dokter menyampaikan bahwa suami perlu menyelesaikan problemnya
dulu ke androlog (dr. Seso). Akhirnya tanggal 24 Oktober 2020, suami kembali
melakukan analisa sperma (AS) di RSKIA Sadewa agar saat konsultasi dengan dr.
Seso kami sudah membawa hasil AS. Total biaya AS dan pendaftaran Rp 160.000,-.
Setelah AS, kami langsung reservasi untuk konsultasi hasil
AS dengan dr. Seso. Ternyata sekarang dr. Seso semakin banyak pasien nih, kami
baru bisa periksa di 4 November 2020. Akhirnya pada tanggal tsb, kami menemui
dr. Seso di RSKIA Sadewa dengan membawa hasil AS. Kali ini angka leukosit sudah
normal 0.8x106 ml. Namun morfologi normal hanya 1%, kesimpulannya
masih Teratozoospermia (berdasarkan Persandi 2015). dr. Seso menyampaikan bahwa
suami perlu melakukan USG Testis ulang karena hasil AS yg selalu
teratozoospermia sejak tahun lalu hehehe. Beliau juga menyampaikan jika hasil
USG testis ditemukan gambaran varikokel, suami disarankan untuk operasi. Suami
diberi rujukan untuk USG testis di Pramita dengan dr. Amri, Sp.Rad. Total biaya
konsultasi androlog dan pendaftaran Rp 190.000,-.
Pagi harinya, sy mencoba mendaftarkan suami ke Pramita untuk
USG testis dan mendapat antrian di tanggal 10 November 2020 malam dengan dr.
Amri, Sp.Rad. Guys, FYI kalau mau USG testis recommended di Pramita deh bagi yg
domisili Jogja. Tapi memang harus reservasi dulu. Kenapa recommended? Kalau kata
suami sih alatnya lebih baru, dokternya detail meriksa dan menjelaskannya, dan
hasil USG nya tampak jelas dibandingkan dg Lab yg sebelumnya suami melakukan
USG testis. Di hari USG testis, sy tidak bisa menemani suami karena sy harus
isolasi mandiri (menunggu hasil Swab PCR alhamdulillah negatif). Kata suami sih
proses USG-nya cepat dan dokternya menjelaskan gambaran USG dengan detail. Pada
intinya, terdapat varikokel bilateral grade 3 dan tampak hydrocele di bagian
kanan (bisa googling ya guys tentang varikokel dan hydrocele). Dokter menyampaikan
bahwa perlunya operasi kecil untuk mengatasi hal tsb. Namun disarankan konsultasi
kembali ke androlog untuk rujukan operasinya. Total biaya USG Testis Rp
1.152.000,-.
Setelah mengetahui ada varikokel bilateral grade 3, sy dan
suami berdiskusi langkah selanjutnya. Kami tetap ingin ambil opsi operasi,
namun pemulihan pasca operasi memerlukan waktu yg cukup lama (3-6 bulan).
Akhirnya kami berpikir untuk mencoba inseminasi dahulu dengan success rate yg lebih rendah dari
operasi varikokel. Misalnyapun inseminasi berhasil, kami tetap akan memikirkan
untuk operasi varikokel untuk jangka panjangnya. Tapi kami sepakat untuk ambil
inseminasi dulu saja.
Tanggal 21 November 2020 kami kembali konsultasi ke dr. Seso
di RSKIA Sadewa. Beliau menjelaskan hasil USG testisnya. Dugaan varikokel
terkonfirmasi dengan hasil USG tersebut. Dokter kemudian memberikan opsi
operasi atau mau mencoba inseminasi. Setelah diskusi panjang sebelum bertemu
dr. Seso, kami dengan mantap menyampaikan untuk mencoba inseminasi. Dokter menyambut
baik keputusan kami. Apapun hasilnya, kami berpasrah pada Allah. dr. Seso
selanjutnya memberikan rujukan inseminasi ke dr. Agung. Sy diminta untuk datang
periksa ke dr. Agung saat mens hari ke-2 di siklus bulan Desember 2020. Suami
diberi resep obat dipthen 50mg yang diminum setiap dua hari sekali. Dipthen
diminum sejak tanggal 21 November 2020 sampai proses inseminasi tiba (obat ini
harus dengan resep dokter yaa guys. Jangan coba-coba membelinya secara bebas,
karena kondisi masing-masing orang berbeda). Selain itu, untuk mencegah
kenaikan leukosit di sperma, dr. Seso juga memberi resep ke suami antibiotic Chloramphenicol
500mg diminum sehari 4x. Antibiotik ini diminum suami mulai dari hari ke-2 mens
sy sampai habis (mendekati proses inseminasi). Oiya, karena sediaan Chloram
saat itu hanya ada yg 250mg, suami harus minum total 8 tablet per hari, hehe.
Total biaya konsultasi androlog, pendaftaran, dan obat Rp 610.000,-.
No comments:
Post a Comment