Kembali Promil Part 4: Operasi Varikokel

Halo pejuang garis dua! Sudah setahun sy tidak update blog karena kesibukan di tempat kerja nih. Sy mau lanjutin cerita promil setelah gagal inseminasi ya!


Well, setelah gagal inseminasi Desember 2020 lalu, sy dan suami rehat sebentar dari dunia per-promilan. Kita berpikir kira-kira mau lanjut IVF atau operasi varikokel ya. Setelah banyak pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk operasi varikokel saja. Alasannya: kita mau memperbaiki “dasar”nya dulu, biar “dasar”nya tuntas dan tenang jika akan melangkah ke tahapan tertinggi dari promil yaitu IVF.


Oiya, setelah hasil inseminasi diketahui dan gagal, sy merutinkan olahraga di rumah. Saat itu di kantor ada agenda HUT dan sy diminta untuk join grup “line dance” sbg performance di hari H HUT hehe. Sejak itulah (akhir Des 2020) sy mulai rutin olahraga line dance. Sehari 2x, pagi dan sore, masing-masing sy lakukan selama 10 menit. Itupun sudah sangat kerasa di badan dan keringat mengucur hehe.


Oke kembali ke operasi varikokel lagi yaa hehe line dance sebagai selingan. Langkah pertama yang kami lakukan sebelum operasi varikokel adalah kepo-kepo dokter yang pro BPJS untuk operasi varikokel dan mencari tahu bagaimana proses operasinya biar suami ga takut hehe. Akhirnya kami menjatuhkan pilihan pada dr. Prahara Yuri, Sp.U(K). Ada pengalaman teman yang menyampaikan kalau beliau pro BPJS dan sayatan operasinya sangat kecil. Beliau praktik di RS JIH, RS PKU Muhammadiyah Gamping, dan RSUP Dr. Sardjito setahuku (kurang tahu sekarang tempat praktiknya masih sama atau berubah).


Tanggal 30 April 2021 kami berkunjung ke RS JIH untuk periksa ke dr. Yuri dan konsultasi terkait rencana operasi varikokel. Kami membawa hasil USG Testis dan AS bulan November 2020 lalu. Setelah diskusi panjang lebar, beliau menyampaikan bahwa sebenarnya jumlah sperma masih baik meskipun ada varikokel. Namun agar tidak terjadi keparahan lebih lanjut di kemudian hari dari varikokel, maka beliau setuju untuk dilakukan tindakan operasi varikokel. Beliau memberikan surat keterangan diagnosis agar bisa menjadi “surat sakti” untuk mengurus BPJS. Beliau menyampaikan untuk melakukan operasi di RS PKU Muhammadiyah Gamping karena di RS JIH tidak bisa menggunakan BPJS. Kamipun senang karena beliau benar-benar pro BPJS.

 

Selanjutnya tanggal 4 Mei 2021, sy ke faskes tingkat pertama (FKTP) di Puskesmas Sleman membawa surat keterangan diagnosis, hasil USG testis, kartu BPJS suami, dan KTP suami untuk meminta rujukan ke Poli Urologi RS PKU Muhammadiyah Gamping. Alhamdulillah surat rujukan bisa diurus dan sorenya langsung ke RS PKU Gamping.

 

Di Poli Urologi RS PKU Gamping suami langsung ditanya dr. Yuri tentang jadwal operasi, mau besok atau minggu depan hehe. Cukup kaget dengan kata “besok” karena kami belum persiapan apa-apa. Akhirnya kami menjadwalkan di 10 Mei 2021. Setelah itu kami diminta mengurus dokumen untuk operasi ke bagian TPRI RS PKU Gamping. Namun pihak RS belum bisa memastikan apakah tanggal 10 Mei ada kamar kelas 1 yang kosong atau tidak. Kami diminta untuk menunggu kabar via telpon dari RS.

 

Tanggal 10 Mei pun berlalu dan belum ada kabar dari RS. Tanggal 12 Mei 2021 saat lebaran pun belum juga dapat kabar sampai akhirnya 17 Mei 2021 pagi ada telpon dari RS bahwa sudah ada kamar kelas 1 yang available. Kami selanjutnya diminta membawa segala dokumen dan perlengkapan rawat inap. Oiya, pihak RS juga berpesan kalau suami wajib puasa mulai pukul jam 8 pagi ini karena operasi akan dilakukan sore itu juga sekitar jam 15.00 WIB. Jadi suami mulai puasa dan hanya boleh minum air putih saja. Pukul 09.45 di hari yang sama kami berangkat ke RS PKU Gamping. Sesampainya di RS, kami langsung ke bagian TPRI untuk mengurus ranap. Di TPRI suami mendapatkan barcode identitas pasien, kemudian suami diminta ke depan IGD untuk swab antigen. Untuk swab antigen tidak ditanggung BPJS sehingga harus membayar sendiri dan saat itu harganya masih mahal Rp 160.000,00. Setelah hasil antigen keluar, suami ke poli urologi mengumpulkan dokumen: berkas dari TPRI, hasil USG testis, dan hasil swab antigen. Selanjutnya suami diberi rujukan untuk ke Lab untuk pemeriksaan darah lengkap. Hasil pemeriksaan darah lengkap tidak perlu ditunggu. Suami kemudian ke bagian radiologi untuk rongsen dada dan hasil ditunggu. Sambil menunggu hasil rongsen dada, sy (keluarga) diminta tanda tangan informed consent ranap. Setelah hasil rongsen selesai kemudian hasil dikumpulkan kembali ke poli urologi, lalu ke bagian penetapan biaya. Setelah semua selesai, kami diantar perawat ke ruang rawat inap Wardah lantai 3.

 

Sesampainya di kamar inap, perawat menjelaskan tentang rencana tindakan operasi sore ini dan suami dipasang infus. Sekitar pukul 15.30 WIB, suami dibawa ke ruang operasi untuk tindakan. Sy hanya mengantarkan sampai depan ruang operasi sehingga tidak tahu bagaimana proses operasinya. Kalau dari cerita suami sih sesampainya di dalam kamar operasi, suami dibius epidural sehingga dia tetap sadar namun dari pinggang ke bawah bebal. Katanya sih sakit pas injeksi biusnya hehe tapi setelah itu tidak terasa apa-apa. Kemudian dipasang kateter atau selang alat bantu BAK. Proses operasi berlangsung sekitar 30 menit (cepat yaaaa). Setelah suami kembali ke ruang rawat, sy melihat di area yang diperban. Dua sisi di bagian pubis dipasang perban, artinya insisi dilakukan di 2 tempat (kanan dan kiri) karena memang varikokelnya bilateral. Suami belum boleh makan minum sebelum kaki dapat digerakkan. Akhirnya jam 20.00 WIB kaki sudah mulai bisa digerakkan dan suami bisa “buka puasa” hehe.

 

Oiya, setelah operasi tidak ada rasa nyeri yang dialami suami karena bantuan bius dan analgesik. Justru yang tidak nyaman karena terpasang kateter hehe. Setelah operasi hingga H+1 urine cenderung bercampur darah sehingga tidak perlu panik. Selanjutnya untuk mobilisasi pasca operasi juga dilakukan secara bertahap. Setelah 12 jam, mobilisasi masih di atas tempat tidur dengan menggerak-gerakkan kaki, kemudian bertahap latihan duduk, ongkang-ongkang, dan jika sudah tidak ada hambatan pergerakan dan perpindahan posisi, bisa mulai belajar berdiri dan berjalan di sekitar tempat tidur. Kalau pengalaman suami kemarin sih setelah 24 jam baru bisa berdiri dan latihan berjalan.

 

H+1 pasca operasi, dokter visit dan melakukan evaluasi ke pasien terkait keluhan yang dialami, cek warna urin, dan rembesan di area insisi. Karena semua aman, suami sudah boleh dilakukan bladder training sebelum kateter dilepas. Cara melakukan bladder training bisa googling yaa guysss (kalau penasaran). Akhirnya H+2 pasca operasi suami sudah selesai bladder training dan kateterpun dilepas. Suami diminta untuk latihan berjalan di bangsal rawat inap dan masih menunggu keputusan dari dokter apakah boleh pulang atau tidak. Akhirnya suami baru bisa pulang H+3 pasca operasi. Suami diberi beberapa obat pulang: analgesik/pereda nyeri dan antibiotik. Seluruh biaya operasi dan rawat inap benar-benar gratis karena ditanggung BPJS. Alhamdulillah kami sangat bersyukur telah dipertemukan dengan dr. Yuri yang pro BPJS dan RS PKU Gamping yang pelayanannya luar biasa. Worth it sih guys pelayanan rawat inap dengan BPJS di RS PKU Gamping. Kelas 1-nya diisi 2 orang, tapi ga masalah sih. Ada sofa panjang juga sehingga penunggu bisa tidur dengan nyaman di sofa tersebut. Ehh kok jadi malah mereview RS nya hehe. Yasudah demikian yaa guys sharing terkait operasi varikokel yang dijalani suami sy tahun 2021 lalu. Tetap semangat para pejuang garis dua!

No comments:

Post a Comment