PENGALAMAN PROMIL PART 9: KULTUR SPERMA


Setelah suami diberi rujukan untuk kultur sperma, tanggal 20 Agustus 2019 sy mengantar suami ke Lab Prodia Jalan Mangkubumi Yogyakarta. Kami ke sana sekitar jam 19.00 WIB. Namun sayang sekali ”tidak bisa keluar”, jadi yasudah kami diminta membawa pulang wadah sampel dan sampel dikirim ke Lab besok pagi.

Keesokan paginya suami sekitar jam 6 pagi ke Lab Prodia kembali untuk memberikan sampel. Hasil kultur sperma baru bisa keluar sekitar 1 minggu. Biaya kultur sperma ini sekitar Rp 500.000,- sampai Rp 700.000,-, sy lupa karena notanya hilang 😅. Untuk persyaratan kultur sperma akan dijelaskan oleh dokter androlog nya yaak (kami sudah lupa karena sudah lama juga 😅).

Tanggal 27 Agustus 2019 hasil kultur spermapun sudah keluar. Namun kami baru sempat konsul ke dr. Seso tanggal 2 September 2019 karena kesibukan kami. Penjelasan dari dr. Seso terkait hasil kultur sperma sbb:

-Hasil kultur sperma menunjukkan adanya bakteri Staphylococcus epidermidis (untuk lebih detail ttg bakteri tsb bisa googling yaa).

-Uji kepekaan terhadap 22 Jenis antibiotik, ternyata suami sy resisten pada hampir 80% dari seluruh antibiotik tsb. Artinya terapi yg sebelumnya dg Levofloxacin untuk mengatasi leukositosispun tidak mempan karena resisten.

-Antibiotik yg masih sensitif untuk suami hanya terbatas pada Amikacin, Chloramphenicol, Gentamycin, Linezolid, dan Tobramycin.

-Karena alasan sediaan antibiotik dan harga, dr. Seso meresepkan suami antibiotik chloramphenicol untuk mengatasi bakteri yang mungkin menyebabkan leukositosis.

-Suami diterapi dengan chloramphenicol selama 14 hari dengan dosis 2 gram per harinya. Sediaan chloramphenicol ini biasanya 500 mg. Sehingga suami harus minum antibiotik sehari 4 kapsul.

-Selama mengkonsumsi chloramphenicol, kami disarankan untuk menggunakan kondom jika akan berhubungan seksual. Why? Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi adanya infeksi silang tambahan. Selain itu, membiarkan chloramphenicol memberikan hasil kerjanya tanpa ada gangguan dari kemungkinan paparan bakteri lain dari hasil hubungan seksual.

-Konsumsi antibiotik ini harus ditaati agar tidak terjadi resisten obat. Sehingga wajib memasang alarm dan membawa antibiotik kemanapun pergi.

-Jika antibiotik habis, suami diminta untuk analisa sperma ulang setelah satu minggu dari hari terakhir mengkonsumsi antibiotik.

Kami menghela nafas panjang karena masih terkejut dg hasil uji kepekaan antibiotik. Serem juga kl banyak resisten dg antibiotik. Terus membayangkan yang enggak-enggak (kalo misal nanti terjadi apa-apa, tp semua antibiotik resisten terus gimana, dll).

Selanjutnya dr. Seso mengkaji suami terkait riwayat penggunaan antibiotik karena hasil Lab tsb. Tapi suami menyampaikan bahwa Ybs terakhir menggunakan antibiotik saat masih kecil dan waktu itu tidak ingat minum antibiotik apa dan apakah dihabiskan atau tidak. Sulit deh kalo mau diinget-inget. Kemudian dr. Seso juga menanyakan ttg kegiatan sehari-hari suami untuk memastikan kemungkinan ”ketaatan” minum antibiotik 😁.

Eh entah gimana awalnya, kami malah ngobrol-ngobrol tentang riwayat pendidikan S2 yang dibiayai oleh beasiswa LPDP. Ternyata dr. Seso awardee LPDP juga untuk Spesialisnya (malah berasa reunian awardee LPDP lintas angkatan 😅). Setelah pertemuan kedua ini kami semakin nyaman periksa dg dr. Seso. Selain beliau masih muda, pinter, scientific (soalnya kalo jelasin pasti sumbernya jurnal 😊), beliau juga asyik dan luwes kalo ngobrol dg pasien. Recommended deh dr. Seso ini.

Biaya periksa di RSKIA Sadewa
Pendaftaran Rp 8.000,-
Konsultasi dan periksa Sp.And Rp 120.000,-
Jasa sarana dan prasarana Rp 50.000,-


Sepulang dari periksa, kami langsung mencari apotik untuk menebus chloramphenicol. Tadi mau nebus di RSKIA Sadewa, tapi hanya ada sediaan 250 mg. Kalau membeli yg sediaan 250 mg, maka sekali minum harus 2 kapsul. Berarti akumulasi per hari minum 8 kapsul antibiotik selama 14 hari. Mabok ga sih bayanginnya. Untungnya yg minum antibiotik suami aja yaa, sy ga perlu minum 😁😅.

Kami menelusuri beberapa apotik besar namun tidak ada satupun yg menjual antibiotik tsb (out of stock. heran deh, kok bisa yaa 🤔). Dan yg paling sebel kalau ada petugas apotik yg kepo dg wajah sinis ”emang ini sakit apa sih kok beli antibiotik banyak sekali”. Kami tidak menjawab dan memilih untuk tersenyum dan pergi saja.

Hampir 1 minggu kami belum mendapatkan chloramphenicol 🤣. Yaa pusing juga ternyata, nyari antibiotik sesusah itu yaak. Lalu akhirnya menemukannya di apotik kecil depan Puskesmas Mlati II. Waktu itu tidak sengaja lewat dan iseng nanya, ternyata ada chloramphenicol.

Sy pun memberikan resep dari dokter dan mereka mengkonfirmasi ulang ”maaf mbak, ini memerlukan 56 kapsul chloramphenicol 500 mg?”. Sy pun tersenyum dan menjawab ”iya mbak, soalnya untuk terapi”. Petugas apotik menyampaikan bahwa sediaan chloramphenicolnya 250 mg, apakah tidak masalah? Sy dan suami mengiyakan saja karena daripada gak dapet antibiotik. Akhirnya sekitar 3 petugas apotik menyiapkan chloramphenicol kemasan 250 mg sebanyak 112 kapsul 😅. Sumpah banyak banget emang. Berasa kita ngeborong semua chloramphenicol yg ada di apotik tsb.

Alhamdulillah petugas di apotik tsb ramah-ramah dan tidak kepoan 😅. Pengemasannya pun rapi dan mereka menjelaskan aturan minumnya. Tak lupa mereka memberikan doa agar cepat sembuh. Oiya total harga 112 kapsul Chloramphenicol sekitar Rp 90.000,- sampai dengan Rp 110.000,- (kami agak lupa harga pastinya. Yg jelas ini adalah antibiotik yg murah).


To be continued....


Gambar hasil kultur sperma
Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar hasil kultur sperma uji kepekaan
Sumber: dokumentasi pribadi


PENGALAMAN PROMIL PART 8: PERIKSA KE ANDROLOG


Pada part ini sy akan mulai menceritakan tentang promil pada suami sy. Sebagaimana yg sy sampaikan di part sebelumnya bahwa promil dilakukan oleh kedua belah pihak. Bukan hanya pihak wanita sj karena kehamilan dapat terjadi atas kerja sama dua belah pihak yaa 😂. Kalau istri belum hamil, mohon maaf para tetangga yg suka berisik, belum berhasilnya suatu kehamilan bukanlah semata-mata karena ada masalah pada wanita saja (mohon dicatat nggih 😎). Kehamilan bisa terjadi karena, selain kondisi reproduksi yg sehat dari pihak wanita dan pria, tentunya perlu ridho dan izin-Nya, selaku Sang Maha Pencipta.

Oke, setelah sy selesai terapi dengan segala macam regulasi hormonal dan stimulasi ovulasi, suami mulai periksa ke Androlog (Sp.And) untuk menyelesaikan masalah leukositosisnya. Tanggal 14 Agustus 2019, kami berkonsultasi dg dr. Seso Sulijaya Suyono, Sp.And di RSKIA Sadewa. Oiya ruang periksa untuk poli Andrologi ada di Klinik IVF RSKIA Sadewa yaa, gedungnya ada di bagian belakang RS gitu, gedung baru. Kesan pertama melihat dr. Seso ”charming dan ramah”. Beliau beneran masih muda, cocoklah untuk konsultasi lebih santai.

Pertama-tama kami menyodorkan semua hasil analisa sperma (AS) dari awal hingga yang terakhir yg sempat kami konsulkan ke dr. Agung. Kemudian beliau mengamati adanya leukosit dan konsentrasi sperma yg fluktuatif dari hasil AS suami sy. Fluktuatif di sini maksudnya, pemeriksaan tgl sekian konsentrasi sangat tinggi, kemudian cukup, dan ada yg konsentrasinya rendah. Lalu dr. Seso melakukan pemeriksaan fisik ke suami sy dg cara melakukan inspeksi (observasi) dan palpasi (rabaan) pada area buah zakar dan sekitarnya. Selama proses pemeriksaan fisik, suami diminta berdiri, melepas celana dalam, kemudian diminta untuk bernafas biasa kemudian mengejan (kalau gak salah inget disuruh mengejan/valsalva maneuver). Hasilnya bgmn? dr. Seso mengatakan teraba semacam ”cacing” di kedua sisi bagian atas buah zakar. Lalu sy diminta juga untuk melakulan rabaan agar mengetahui ”cacing” tsb. Sy merasa benar itu teraba seperti ”cacing”.

Apaan tuh ”cacing”? Oke, dr. Seso menjelaskan kemungkinan suami sy mengalami varikokel bilateral (kedua sisi) dari hasil palpasi tsb. Namun untuk memastikannya perlu pemeriksaan lebih lanjut. Varikokel itu apa sih? Varikokel merupakan kondisi dimana terjadi pembengkakan pembuluh darah vena di kantong zakar. Seharusnya pembuluh darah vena ini normal-normal aja, tp pada kondisi varikokel, ada pembengkakan gitu, dan saat dilakukan pemeriksaan fisik teraba seperti ”cacing”. Yaa kita bisa mengibaratkan ini semacam varises di kaki guys, tp ini varisesnya di buah zakar. Apa saja gejala varikokel? Jujur, suami sy tidak merasakan gejala apa2, tidak terasa nyeri juga di area buah zakar. Tapi dr. Seso menyampaikan ada juga beberapa pasien yg menyampaikan adanya keluhan nyeri. Jika ingin tahu lebih lanjut ttg varikokel bisa googling yaa guys, soalnya kondisi masing-masing pasien berbeda-beda.

Lanjut yaa, suami ditanya juga apakah ada riwayat cidera pada area zakar saat kecil? Suami menjawab tidak ada riwayat tsb. Faktor risiko terjadinya varikokel bisa karena memang bawaan dari lahir, maupun adanya trauma/cidera pada area zakar. Kemudian kami bertanya, bagaimana cara mengobatinya dok? Beliau menyampaikan umumnya varikokel diobati dg operasi. Eits, tp untuk operasi ini perlu beberapa syarat yaa gaes. Jd tidak bisa langsung request untuk operasi hehehe. Oiya, hasil AS yg menunjukkan leukositosis dan fluktuasi konsentrasi sperma bisa juga mengarah ke kondisi varikokel ini. Tp dr. Seso menyarankan suami untuk tetap tenang dulu, karena hasil pemeriksaan baru sampai pada pemeriksaan fisik. Untuk mendiagnosis varikokel perlu pemeriksaan lebih lanjut dg USG testis.

Lalu tindak lanjutnya apa? dr. Seso memberi rujukan ke suami untuk melakukan kultur sperma. Apaan lagi tuh? Jadi kultur sperma ini merupakan salah satu pemeriksaan sperma untuk mengetahui ada tidaknya bakteri/virus/jamur dan uji kepekaan terhadap antibiotik. Tujuannya agar Androlog bisa memberikan terapi antibiotik yg sesuai dg kondisi pasien. Suami dirujuk untuk tes kultur sperma di Lab Prodia Jogja (infonya cuma bisa dilakukan di sana, tapi mohon diupdate mgkin tempat lain sudah ada yg bisa kultur sperma). dr. Seso mencoba akan menuntaskan leukositosis ini dg obat dulu sebelum meminta suami untuk USG testis dll sampai operasi varikokel.

Kami juga menanyakan kira2 tindakan non farmakologi apa yg bisa dilakukan untuk mencegah keparahan dari varikokel ini. Beliau menyampaikan, mgkin tindakan non farmakologi tidak banyak membantu sih. Tapi tidak apa-apa jika mau olahraga, menghindari menggunakan celana yg ketat, mengkonsumsi tauge (tauge mengandung antioksidan, tapi tidak menyembuhkan varikokel yaa).

Sebenarnya penjelasan dr. Seso ini detail dan banyak, tp mohon maaf daya ingat sy kurang baik, jd hanya sy sampaikan hal-hal yg sy ingat sj 😁. Konsultasi pertama dg beliau sepertinya sekitar 35 menit deh karena selain beliau detail dlm menjelaskan, kamipun bisa leluasa bertanya. Selanjutnya suami diminta kontrol kembali setelah mendapatkan hasil kultur sperma.

Biaya periksa di RSKIA Sadewa
Pendaftaran Rp 8.000,-
Konsultasi dan periksa Sp.And Rp 120.000,-
Jasa sarana dan prasarana Rp 50.000,-

To be continued....

Gambar Perbandingan Kondisi Normal dan Varikokel
Sumber: Google

PENGALAMAN PROMIL PART 7: STIMULASI OVULASI


12 Juli 2019 selepas mendapat resep obat hormon yg cukup rumit, sy lgsg berangkat ke Solo untuk workshop penulisan buku ilmiah mewakili kantor. Sy berpikiran untuk menebus obat tsb di Solo saja. Sampai pada akhirnya sore hari, sy mencoba ke apotek K24 dan Kimia Farma yg ada di dekat area Hotel Best Western Solo. Tidak ada satupun apotek tsb yg menjual Esthero. Padahal malam ini sy harus sudah memulai minum obat tsb. Akhirnya sy mencoba kontak teman yg tinggal di Solo dan direkomendasikan ke Apotek Kondang Waras karena di sana pasti stok obatnya komplit. Alhamdulillah stlh dikonfirmasi via telp, memang tersedia Esthero di sana dan sy pun bergegas naik gojek ke sana. Harga esthero 0.625 mg 7 tablet sekitar Rp 60.000,- (kalau sy tidak lupa). Sy juga sekalian menebus resep Norelut. Harga norelut 5 mg 24 tablet sekitar Rp 150.000,-. Obat antibiotik Levofloxacin 500 mg untuk suami ditebus di Jogja karena beliau tidak ikut workshop di Solo. Harga Levofloxacin 7 tablet sekitar Rp 14.000,-.

Oiya guys, sempat kelupaan. Sebenarnya setelah sy stop promil dari dr. Enny, sy sempat promil alami juga dengan membeli alat pendeteksi ovulasi yaitu Ovutest scope. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi waktu ovulasi dan alat ini semacam mikroskop kecil gitu deh nanti mendeteksinya pakai air liur. Tapi it did not work for me, soalnya setiap kali ngecek, gak ada gambar apa-apa sesuai di buku panduan alatnya 😂. Harga ovutest scope di apotek K24 sekitar Rp 260.000,- (kalo gak salah ingat).

Selain itu, sy sempet nitip buah zuriat dan kurma muda saat mertua umroh. These did not work for us (again). Buah zuriat ini ternyata susah bener dibelahnya. Sampai ngerusak beberapa pisau 😆 harus pake gergaji memang untuk membelahnya. Lalu setelah dibelah, buah beserta kulitnya direbus gitu. Nanti suami dan istri minum air rebusannya. Baru sekali minum, kami langsung tidak melanjutkan karena rasanya tidak bisa diterima lidah 😆. Kurma muda juga tidak sy makan sama sekali karena tidak tahu cara konsumsinya. Saat sy pegang, kurma mudanya berasa keras 😂. Terus sy juga follow IG dr. Suryo Bawono. Beliau ini SpOG yg hitss banget di Pekanbaru, Riau. Beliau selalu memberikan pesan positif di IG nya. Hal yg sy ingat dari IG beliau adalah mengamalkan QS Maryam 1-11 saat ikhtiar mendapatkan keturunan. Sy pun mulai membacanya selepas sholat dan mencoba mengamalkan arti dari surat tsb. Sy juga nonton youtube channel dr. Boy Abidin (host dr. Ozz Indonesia) karena banyak informasi yang penting juga untuk mempersiapkan kehamilan.

Oiya, terus sebelum sy memutuskan pilihan ke dr. Agung, sy juga sempat googling tentang dokter yg tepat untuk promil. Hasil googling menunjukkan bahwa kita lebih baik mencari SpOG (KFer). Jadi memang yg konsultan fertility, karena SpOG ini bermacam-macam fokusnya. Namun ada juga beberapa wanita lebih menyukai mencari dokter yg perempuan demi kenyamanan (tanpa mengetahui dokter tsb konsultan fertility atau tidak). Sayangnya di Jogja yg SpOG (KFer) berjenis kelamin laki-laki. Sy sih tidak masalah dg hal tsb karena memang niatnya ingin promil.

Oke, lanjut lagi yaaa. Setelah obat hormon habis, sy kembali kontrol ke dr. Agung pada mens hari ke 2 di RSKIA Sadewa pada tanggal 6 Agustus 2019. Kata beliau kondisi rahimku baik dan bersih, serta tidak suspek endometriosis. Itu berarti obat hormon ini memberi efek yg baik pada diri sy. Kemudian dr. Agung menjelaskan ttg stimulasi ovulasi. Why? Agar sy mengalami ovulasi, karena kondisi sy di bulan lalu kemungkinan besar tidak terjadi ovulasi. Cara stimulasi ovulasi dg apa? Beliau meresepkan obat dipthen 1x1 selama 7 hari (sy lupa dosisnya berapa) dan obat mulai diminum di hari ke 2 mens tsb. Selanjutnya dr. Agung meminta sy kembali kontrol seminggu kemudian untuk mengetahui efek dari dipthen tsb apakah bisa menstimulasi sel telur sy atau tidak. Oiya, suami diminta untuk analisa sperma (AS) ulang dan minggu depan saat sy kontrol, suami diminta untuk sudah membawa hasil AS.

Biaya periksa di RSKIA Sadewa
Biaya periksa SpOG(K) Rp 70.000,-
Jasa sarana dan prasarana Rp 40.000,-
Pendaftaran Rp 8.000,-
Dipthen 7 tablet Rp 140.000,-


Tanggal 12 Agustus 2019, sy kembali kontrol ke dr. Agung di RSKIA Sadewa dapet no.antrian 8. Di RSKIA Sadewa beliau praktik hari Senin dan Rabu jam 19.00~selesai, dan Sabtu jam 15.00~selesai. Nah saat itu hari Senin dan sy baru diperiksa sekitar jam 8 malam. Alhamdulillah dari hasil USG TransV menunjukkan bahwa dipthen memberi efek yang baik untuk menstimulasi sel telur sy. Dipthen bekerja dg merangsang peningkatan jumlah hormon yg mendukung pertumbuhan dan pelepasan sel telur yg matang (ovulasi).

Selanjutnya dr. Agung meresepkan obat progynova untuk diminum 2x1 selama 5 hari. Obat progynova ini masih termasuk obat hormon yg mengandung estrogen sehingga dapat mengatur siklus menstruasi agar teratur (googling yaak bentuk kemasan progynova, seinget sy dlu ada smcm kode hari/tanggal. Sy lupa gak foto obatnya). Jika bulan selanjutnya mens sy teratur, maka sy tidak perlu kontrol lagi. Tinggal menunggu kehamilan secara alami. Beliau juga meminta kami memikirkan untuk inseminasi, jika ingin melanjutkan promil lebih jauh lagi. Hal ini berarti masalah sy sudah tuntas 💃💃.

Nah, lalu bagaimana dg suami? Hasil AS nya menunjukkan teratozoospermia (morfologi sperma yg normal hanya 2%, menurut PERSANDI 2015 normalnya lebih atau sama dengan 5%), leukositosis (angka leukosit naik lagi menjadi 1.7 juta/ml), dan agregasi positif (again). Why? Antibiotiknya gak ngefek kah? Entah gaes. Kami juga bingung. Kalau sama dr. Agung tuh harus tanpa leukosit yaak kl mau inseminasi or bayi tabung, hehe. Suami kemudian dirujuk ke Androlog (Sp.And), dan diminta memilih mau ke dr. Dicky Moch. Rizal, Sp.And atau dr. Seso Sulijaya Suyono, Sp.And. Setelah kepo ke dr. Agung tentang keduanya, kami mantap memilih ke dr. Seso sajaa 🤣. Why? Soalnya beliau masih muda biar lebih nyaman komunikasinya sih 😁.

Biaya periksa di RSKIA Sadewa
Biaya periksa SpOG(K) Rp 70.000,-
Jasa sarana dan prasarana Rp 40.000,-
Pendaftaran Rp 8.000,-
Progynova 10 tablet Rp 110.000,- (sekitar segitu, sy lupa pastinya)
Analisa sperma Rp 140.000,-
Pendaftaran AS Rp 15.000,-


Setelah selesai periksa dg dr. Agung, sy mendaftarkan suami untuk periksa ke Androlog di RSKIA Sadewa tanggal 14 Agustus 2019. FYI dr. Seso memiliki jadwal praktik di RSKIA Sadewa sama dg dr. Agung. Oiya dr. Agung berpesan untuk menyelesaikan masalah leukosit suami dlu baru bisa kembali ke dr. Agung lagi jika ingin lanjut inseminasi.


To be continued....


Gambar Obat Dipthen
Sumber: Google

Gambar Ovutest Scope
Sumber: Google

Gambar buah zuriat
Sumber: Google


Gambar kurma muda
Sumber: Google


PENGALAMAN PROMIL PART 6: REGULASI HORMON REPRODUKSI


Lanjut yaak. Jadi setelah mengetahui mens, sy bergegas ke Klinik Permata Hati RSUP dr. Sardjito Yogyakarta (PH RSS) satu hari kemudian (12 Juli 2019). Seperti pertemuan sebelumnya, sy mendapat no.antrian 1 😂. Setelah masuk ruang periksa, sy memberikan hasil tes hormon dan hasil analisa sperma (AS) suami.

Oiya, hasil tes hormonku sbb:
-tes hormon LH, FSH, Estradiol, dan Progesteron dilakukan pada hari ke 16 menstruasi.
-hasil LH 2.58 mUI/ml. FSH 4.60 mUI/ml. Estradiol 80.85 pg/ml. Progesteron 4.86 ng/ml. Nilai normal dari masing-masing hormon berbeda-beda sesuai ”phase” seseorang. Karena sy tes di hari ke 16 mens, maka dianggap sbg ”luteal phase” (apaan sih itu, bisa googling yaa guys). Batas normal pada fase luteal untuk LH 0.2-6.5; FSH 1.5-7.0; Estradiol 43-214; Progesteron 1.5-20.

Kemudian komentar dari dr. Agung, sy mengalami low progesteron pada fase luteal, sehingga kemungkinan besar tidak terjadi ovulasi dan bermanifestasi pada menstruasi yg berkepanjangan (Abnormal Uterine Bleeding/AUB). Beliau juga menyampaikan bahwa progesteronku rendah dan estrogenku tinggi. Perbandingan selisihnya bisa 6:80. Oleh karena itu, terjadilah ketidakseimbangan hormon. Seharusnya perbandingan progesteron dan estrogen tidak terlalu jauh pada fase luteal.

Bagaimana solusinya? dr. Agung menyampaikan ketidakseimbangan hormon ini diobati dg obat hormon alias kontrasepsi untuk meregulasi hormon. Sy diresepi Esthero Estradiol dan Norelut. Kemudian dr. Agung bertanya ”kira-kira hidupmu rumit tidak? Karena jadwal minum obat untuk regulasi hormon sangat rumit 😁”. Sy pun menjawab ”tidak apa-apa rumit dok, biar tambah rumit hidup sy 🤣”. Dan beginilah at
uran minum obat rumit sbb:

-Esthero estradiol diminum dalam dosis 0.3 mg 1x1 pada tanggal 12, 13, 14, 15, 16 Juli 2019. Padahal sediaan Esthero estradiol ini 0.625 mg. Jadi sy harus membaginya menjadi dua (seenggaknya ilmu pemberian obat ketika S1 dulu bisa sy terapkan untuk sy sendiri 😆).
-tanggal 17, 18, 19, 20 Juli 2019, esthero estradiol diminum dg dosis 0.625 mg 1x1 (aman, ga perlu membagi-bagi obat).
-tanggal 19 dan 20 Juli 2019 , sy minum Norelut 5 mg 1x1.
-tanggal 21-31 Juli 2019, sy minum Norelut 10 mg 1x1.

Sy wajib banget membuat reminder di HP terkait jadwal minum obat tsb. Susah kalau harus mengingatnya 😆. Setelah itu dr. Agung menyarankan sy untuk kembali kontrol setelah obat habis dan datang saat mens hari ke 2. Beliau juga memberi pilihan ke sy untuk melanjutkan periksa di PH RSS atau ke RSKIA Sadewa sama saja. Beliau praktik di kedua tempat tsb.

Kemudian, hasil AS suami menunjukkan adanya sel leukosit 1.2 juta/ml (nilai normal sesuai rujukan WHO 2010 maupun PERSANDI 2015 adalah kurang atau sama dengan 1juta/ml). Aglutinasi negatif (normalnya negatif), tapi agregasi positif (normalnya negatif). Konsentrasi sperma 30.5 juta/ml namun hanya 1% morfologi normal (normalnya lebih atau sama dengan 5% menurut PERSANDI 2015). Kesimpulannya Teratozoospermia (morfologi sperma di bawah normal menurut PERSANDI 2015) dan leukositosis. Oiya untuk AS, suami tes di RSKIA Sadewa dg biaya Rp 140.000,- dan biaya administrasi Rp 15.000,-.

Setelah dr. Agung menjelaskan hasil dari AS, aku agak kaget sih karena sebelumnya hanya ada masalah leukositosis ajaa. Tapi dr. Agung menyampaikan, jika leukositosis diperbaiki, maka akan memperbaiki morfologi normal spermanya juga, jadi tidak perlu khawatir. Selanjutnya suami diberi resep antibiotik Levofloxacin 1x1 selama 7 hari. Setelah obat habis, suami diminta untuk AS ulang 😁.

Biaya periksa di PH RSS
Konsultasi dg spesialis (K) Rp 115.000,-
Pendaftaran Rp 13.000,-

FYI bagi teman-teman yg mungkin ada rencana untuk analisa sperma, berikut sy share informasi syarat pemeriksaan sperma di RSKIA Sadewa Yogyakarta.
1. Semua pasien Lab Andrologi bisa mendaftar dulu ke Lab melalui WA ke nomor 081779994904 atau via telp ke RSKIA Sadewa (0274) 489118.
2. Jika Anda merupakan pasien baru, maka perlu mendaftar dulu sbg pasien RSKIA Sadewa di bagian pendaftaran pada saat Anda datang ke sana.
3. Syarat analisa sperma minimal 48 jam dan maksimal 7 hari dari hubungan seks atau ejakulasi terakhir.
4. Analisa sperma dilayani setiap hari maupun tanggal merah pada jam 08.00-17.30 WIB.
5. Biaya Rp 140.000,-
Namun karena saat ini sedang dalam kondisi pandemi, sy kurang tahu apakah jadwalnya tetap seperti itu atau berubah. Lebih baik memastikan via telp ke RSKIA Sadewa yaaa.

To be continued....

PENGALAMAN PROMIL PART 5: PERMATA HATI & dr. AGUNG


Setelah 14 hari mens sy tidak kunjung berhenti, sy memutuskan untuk memeriksakan diri ke Klinik Permata Hati RSUP dr. Sardjito (PH RSS) Yogyakarta. Ingin sekali periksa ke dr. Shofal Widad, SpOG(K), namun sy yakin antrian untuk esok hari sudah full. Sehingga sy putuskan untuk kepo-kepo jadwal dokter yg lain. Sy tertarik dg nama dr. Agung Dewanto, SpOG(KFer), PhD karena beliau sudah konsultan fertility. Sepertinya akan sesuai dengan ekspektasi sy untuk konsultasi terkait promil juga.

Akhirnya tanggal 18 Juni 2019 pagi sebelum ke kantor, sy mendaftarkan diri ke PH RSS. Sy dapat nomor antrian 1 (agak ga menyangka sih, kok bisa antrian 1 yaaa. Feelingku sih karena semua pasien larinya ke dr. Widad 😁). Petugas PH mengatakan dr. Agung biasanya mulai praktik sekitar jam 10 pagi, jd jika sy ada keperluan dulu, tidak apa-apa nanti bisa kembali lagi sekitar jam 10. Lalu sy sejenak ke kantor mengerjakan segala sesuatu dulu (maklum kantor sy dekat dg RSS jadi tinggal jalan kaki beres).

Sekitar jam 9.30 pagi sy sudah mulai OTW ke RS. Sy juga sudah kontak suami untuk menyusul karena doi masih mengajar. Sesampainya di PH RSS, sy dikaji dulu oleh perawat, keluhannya apa dan diminta menunjukkan hasil pemeriksaan yg sudah dilakukan. Saat itu sy datang di hari ke 16 mens dan sy memberikan hasil HSG serta analisa sperma (AS) suami.

Jam 10.30 sy dan suami dipanggil masuk ke ruang periksa. Akhirnya bisa melihat wajah dr. Agung dan beliau langsung kaget ”Loh, kok kamu sih, kenapa harus kamu 😁”. Sy juga kaget, ada apa ini. Ternyata beliau adalah teman dari suami sy 😆 (dunia ini sesempit itu). Padahal pas pertama lihat wajah dr. Agung, sy sudah berkata dlm hati ”kok dokternya kayak jutek gitu yaa”. Tapi setelah ngobrol beliau ini detail sekali dan edukatif.

Pertama, beliau melihat hasil HSG ku, semuanya baik tidak ada sumbatan di saluran tuba. Lalu melihat hasil AS suami, beliau bertanya suami sudah dpt pengobatan apa untuk leukosit tinggi dan aglutinasi positifnya. Sy menyampaikan sudah konsumsi antibiotik Levofloxacin 1x1 selama 10 hari. Tapi belum AS ulang. Kemudian beliau merujuk suami untuk AS ulang.

Lalu, seperti biasa sy diminta untuk berbaring untuk dicek USG TransV. Beliau memperlihatkan layar USG dan bertanya ini mens hari ke berapa? Sering mengalami hal seperti ini?. Jujur sy tidak pernah mengalami mens berkepanjangan seperti ini, paling lama 7 hari lah. Namun ini sudah mens hari ke 16 belum kunjung berhenti. dr. Agung menjelaskan bahwa dari hasil USG terdapat semacam lamina atau seperti serabut-serabut halus di rahim dan suspect endometriosis. Namun dokter menyampaikan itu masih suspect dan bisa ditangani kemudian. Temuan lain dari USG yaitu di ovarium sebelah kanan ada sel telur kecil-kecil lebih dari 10. Kemungkinan sy tidak mengalami ovulasi, suspect Abnormal Uterine Bleeding (AUB). Kemudian sy dirujuk untuk tes hormon estradiol, LH, FH, dan progesteron. Sy juga diberi resep obat estero 0.625 mg 1x1 selama 7 hari dan norelut 10mg 1x1 selama 10 hari. Aturan minumnya, sy harus minum esthero dulu sampai habis dan pada jam yang sama, kemudian baru setelah esthero habis, sy mulai minum norelutnya juga di jam yang sama.

Sy dan suami kaget karena hasil USG nya bisa sedemikian rupa karena sebelumnya saat USG di dr. Enny, semua kondisi baik. Kemudian dr. Agung bertanya ttg kegiatan sy apa saja. Apakah sy sedang banyak pikiran? Sehari bekerja brp jam dan ngapain aja. Beliau sampai menanyakan segitunya karena kemungkinan besar kondisi hormonal sy fluktuatif akibat stress 😁.

dr. Agung menyarankan sy untuk kembali kontrol pada hari kedua mens sekaligus mengkonsultasikan hasil tes hormon dan AS. Beliau juga menyampaikan bahwa akan fokus menangani AUB dulu baru evaluasi ulang suspect endometriosisnya (penjelasan lebih detail apa itu AUB dan endometriosis bisa googling yaak).

Biaya periksa di PH RSS
Biaya tindakan Spesialis (K) Rp 115.000,-
USG deteksi ovulasi Rp 286.500,-
Pendaftaran Rp 13.000,-
Total Rp 414.500,-


Kemudian tanggal 19 Juni 2019 sy ke RSKIA Sadewa untuk tes hormon ssuai dg rujukan dr. Agung sekalius menebus obat yg diresepkan. Kenapa harus di Sadewa? Karena bagi sy Sadewa ini affordable. Ketentuan kapan harus tes hormon ini tergantung pd permintaan dokter SpOG ya yaa guys. Jd sy tidak bisa menceritakan harus saat mens hari ke berapa dll. Saat itu sy tes hormon di pagi hari namun sy lupa berapa cc darah yg diambil. Untuk hasil tes hormon ini sy ambil setelah beberapa hari kemudian karena sy lumayan sibuk di kantor.

Biaya tes hormon di RSKIA Sadewa Yogyakarta
Progesteron Rp 455.000,-
LH Rp 350.000,-
FSH Rp 340.000,-
Estradiol Rp 385.000,-
Obat Esthero 0.625mg 7 butir Rp 59.000,-
Obat Norelut 5mg 20 butir Rp 115.000,-


Setelah mengkonsumsi esthero sampai 5 hari, mens ini tak kunjung berhenti dan sy makin stress (maklum karena belum pernah mens selama ini). Akhirnya sy ke Puskesmas minta rujukan ke SpOG untuk mencari second opinion. Faskes 1 sy hanya bs merujuk ke bbrp RS sekitaran rumah huhu jadi yasudah sy pilih ke RSU Sakina Idaman. Tanpa booking terlebih dahulu, sy langsung ke sana dari jam 10 pagi. Eh baru diperiksa jam 15.30 dong 😆. Sy diperiksa oleh dr. Nizar Hero Kartika, SpOG atau dikenalnya sbg dr. Hero. Seperti biasa setiap SpOG pasti menanyakan keluhan, berapa lama menikah dll. Sy sudah menceritakan scara detail keluhan dan obat yg sedang sy konsumsi. Lalu dr. Hero melakukan USG, namun kali ini USG TransAbdomen soalnya di RS tsb fokus untuk ibu-ibu hamil kayaknya jadi tidak ada USG TransV. Sy agak terkejut karena dr. Hero menyampaikan bahwa ini rahimnya bersih ya tidak ada miom tidak ada kista, tp memang ini darah mens nya masih banyak. Sy juga bertanya ”dok, endometriosisnya masih ada tidak?”. Beliau bilang tidak ada. Sy lega namun kaget, begitulah campur aduk. Tapi mungkin karena pemeriksaannya dg USG Abdomen jadi berbeda hasilnya dg USG TransV. Kemudian dr. Hero menyampaikan untuk menghabiskan obat estheronya dulu. Kalau sudah habis dan masih mens, sy diminta untuk mengkonsumsi obat Asam Traneksamat yg diresepkan beliau. Baru setelah Traneksamat habis dan masih mens, norelutnya diminum.

Biaya periksa di RSU Sakina Idaman
Biaya periksa dokter gratis karena dg BPJS.
Asam Traneksamat yg non BPJS sy lupa sepertinya sekitar Rp 120.000,-.


Sy mencoba bersabar menghadapi menstruasi ini dan akhirnya setelah 7 hari konsumsi esthero, mens sy berhenti dong. Jadi sy tidak minum asam traneksamatnya padahal udah ditebus mahal-mahal 😁. Selanjutnya norelut tetap sy konsumsi sesuai anjuran dr. Agung. Durasi mens saya berarti 23 hari (rekor sih ini, tanggal 27 Juni 2019 mens sy sudah tidak keluar). Sampe sy lemes banget dan konsumsi sangobion.

Tanggal 11 Juli 2019 sy kembali mendapatkan mens dan artinya besok sy harus kontrol ke dr. Agung di PH RSS membawa hasil tes hormon dan AS.


To be continued...

PENGALAMAN PROMIL PART 4: PENGALAMAN HSG


Kita lanjut lagi yaa. Setelah merasa terPHP telat mens 10 hari dan akhirnya keluar darah mens, tanggal 18 Januari 2019 sy periksa ke dr. Enny. Sy menceritakan bahwa kemarin sempat telat mens 10 hari bla bla bla. Selanjutnya dr. Enny menyampaikan bahwa telat mens bisa jadi karena sy sedang stress sehingga hormonalnya fluktuatif. Lalu sy pikir ”hemm, benar juga yaa”.

Pada pertemuan periksa kali ini, dr. Enny menjelaskan bahwa setelah kita mengetahui kondisi rahim baik, sel telur baik, sel sperma baik, maka selanjutnya harus mengetahui apakah saluran tuba tersumbat atau tidak. Sehingga dr. Enny memberi sy rujukan untuk histerosalpingografi (HSG). Apa itu HSG? Teman-teman bisa googling yaak kalau mau tahu lebih detail ttg HSG. Intinya HSG ini merupakan pemeriksaan dengan sinar X (Rontgen) untuk melihat kondisi rahim dan saluran tuba pada wanita. Tes ini dilakukan oleh spesialis radiologi dengan memasukkan zat kontras ke dalam rahim hingga saluran tuba. dr. Enny menyampaikan HSG baiknya dilakukan pada hari ke 6 atau 7 dari hari pertama haid.

Seperti biasa, dr. Enny meminta sy menulis dalam selembar kertas:
-daftar HSG besok pagi ke HiLab Jogja untuk tes tanggal 23 atau 24 Januari 2019. Jika penuh, maka harus segera telp Lab lain yg available pd tanggal tsb.
-minum doxycycline sehari 2x selama 7 hari dimulai dari tanggal 18 Jan 2019 sampai dengan 25 Jan 2019.
-selama masa tunggu hari-H HSG boleh berhubungan suami istri dan tidak perlu mencukur rambut pubis.
-segera konsultasikan hasilnya.

Oiya, doxycycline ini antibiotik untuk mencegah adanya infeksi bakteri karena sy akan melalui HSG. Total biaya periksa dan obat Rp 114.000,-.

Keesokan harinya sy mencoba menghubungi HiLab. Ternyata di tanggal 23 atau 24 Januari 2019 sudah full. Bisanya tanggal 25 Januari 2019 dan staf HiLab mengatakan tidak apa-apa di tanggal 25 masih masuk range waktu yang disarankan untuk HSG. Akhirnya yasudah sy daftar HSG untuk tanggal 25 Januari 2019.

Berhari-hari, selayaknya orang yg degdegan dengan pemeriksaan HSG, sy banyak googling tentang pengalaman orang-orang yg sudah menjalani HSG. Almost mengatakan bahwa HSG ini rasanya SAKIT 😥. Trus sy sampai kepo ke yutup juga untuk melihat prosedurnya seperti apa. Oke ada alat cocor bebek! Udah bisa sy bayangkan ketidaknyamanan alat tsb karena dulu saat di Taiwan sy pernah papsmear. Namun di Taiwan cocor bebeknya yg disposable dan ada ukuran SML nya. Nah kalau di HiLab kyke cocor bebek besi yg satu ukuran deh 😫. Yaa begitulah bayangan-bayangan yg membuat sy khawatir dan gak bisa tidur.

Sampailah di hari H pemeriksaan HSG. Sy izin ke atasan di kantor untuk pulang ke rumah selepas pemeriksaan HSG karena menurut review di blog, setelah HSG akan timbul nyeri (sampe segitunya yaa. Tp sy emang tipe orang yg lebih baik berkata apa adanya daripada pura-pura baik-baik saja 😆).

Tanggal 25 Januari 2019 sekitar jam 13.00 WIB sy tiba di HiLab Jogja. Seperti biasa, pembayaran di muka untuk HSG sebesar Rp 850.000,-. Kemudian sy diantar petugas untuk menunggu di depan ruang radiologi. Degdegan banget waktu menunggu dipanggil dan akhirnya dipanggil juga. Setelah masuk ke ruangan HSG, step-step yg sy lakukan saat itu yaitu:
1. Buang air kecil dahulu.
2. Ganti baju. Semua baju dilepas kecuali bra.
3. Tiduran dg posisi litotomi (bisa googling seperti apa posisi tsb), kemudian dokter radiologinya mengarahkan sy untuk relaks.
4. Cocor bebek besi (spekulum) mulai dimasukkan ke vagina.
5. Dokter melakukan desinfektan area leher rahim (cervix).
6. Dokter memasukkan kateter melalui vagina ke rahim.
7. Sy diminta relaks kemudian posisi kaki diminta untuk lurus.
8. Dokter mulai menyemprotkan kontras ke dalam kateter dan rasa mules muncul.
9. Posisi kaki tetap lurus.
10. Dimasukkan kontras lagi kemudian sy diminta posisi miring ke kiri sejenak. Lalu posisi berubah miring ke kanan sejenak.
11. Prosedur HSG selesai, kemudian perawat membersihkan area vagina dan memberi sy pembalut.
12. Ganti baju dan memakai pembalut.

Hasil HSG bisa ditunggu selama 1 jam. Namun sy memutuskan untuk pulang saja dan mengambil hasilnya esok hari. Menurut sy pemeriksaan HSG ini tidak menimbulkan nyeri. Hanya saja menimbulkan rasa tidak nyaman dan rasa mulas. Terlebih saat zat kontras mulai dimasukkan. Oiya, sy harus memakai pembalut setelah HSG karena umumnya akan keluar flek-flek coklat selama beberapa hari. Sebelum sy meninggalkan Lab, staf menyampaikan bahwa jika muncul nyeri yg hebat, sy bisa mengkonsumsi analgesik seperti asam mefenamat. Sesampainya di rumah sy langsung tidur untuk menghindari adanya nyeri. Alhamdulillah tidak ada rasa nyeri yang muncul.

Keesokan harinya, sy mengambil hasil HSG. Hasil menunjukkan bahwa kondisi rahim tidak ada miom atau polip, ukuran dan bentuk dalam batas normal, tidak ada sumbatan pada kedua saluran tuba, dan bentuk rahim antefleksi. Sy agak kaget krn kok bentuk rahim sy antefleksi? Padahal berkali-kali sy USG TransV bentuk rahim sy retrofleksi. Hemmm 🤔. Yaasudahlah yg penting tidak ada masalah di rahim dan saluran tuba.

Seminggu kemudian sy membawa hasil HSG ke tempat praktik dr. Enny. Namun belum sampai pada giliran antrian sy, mendadak dr. Enny harus ke RS JIH karena ada emergency SC. Yaa mau gak mau semua pasien yg belum diperiksa harus bubar jalan alias pulang 😆. Agak KZL sih, tapi yaudah toh ini sy hanya mengkonsultasikan hasil HSG yg alhamdulillah normal. Setelah kejadian bubar jalan sebelum diperiksa, suami jadi agak ”malas” untuk kembali ke tempat praktik dr. Enny. Padahal beliaunya enak dan detail, namun kami lelah jugaa udah nunggu tapi disuruh pulang. Sedih menn, 18 km jaraknya dari rumah kami 😁. Akhirnya sy dan suami memutuskan untuk mencoba alami ajaa dulu karena dari hasil HSG juga semua baik-baik sajaa.

Januari, Februari, Maret, April, Mei 2019 dilalui dan sy belum jugaa hamil. Sebenarnya tidak apa-apa, sy dan suami bisa memanfaatkan waktu ini menjadi quality time untuk pacaran dulu. Toh dulu sy dan suami gak pacaran sebelum menikah 😁. Namun yg bikin gak nyaman adalah CIBIRAN ORANG. Sy sudah kebal sebenarnya sering diomongin ini itu kenapa belum hamil dll. Namun ada suatu waktu dimana sy sampai menangis. Ada ”emak-emak” (lebih dari satu emak) langsung ngomong di depanku seperti ini ”udah dua tahun nikah kok belum hamil sih mbak? Ibuk sampeyan anaknya berapa sih? Soalnya kalau ibuknya Anggik kan anaknya ada 3 yaa. Jangan-jangan mbaknya ini anak tunggal yaa”.

Aku mencoba mencerna omongan emak-emak ini, seolah-olah ”ngejugde” kalo pasangan suami istri jika belum dikaruniai anak, pasti disebabkan karena pihak wanita yg infertil. Sampai kepo tentang berapa anak dari ibu sy. Entah ini sy yg terlalu baper atau bagaimana. Cumaa rasanya perih guys dicibir seperti itu. Ibu sy punya 2 anak, terus kalo ibu mertua sy punya 3 anak, maka apakah berarti sy ini keturunan infertil? Gagal paham sih sy. Semenjak kejadian tsb, sy agak enggan kalau diajak suami mudik. Bukan apa-apa, tapi omongan tetangga di sana kurang menyenangkan 😪.

Bulan Juni 2019 mens sy kembali hadir. Namun kali ini agak berbeda, sudah 14 hari darah merah masih keluar. Akhirnya sy memutuskan untuk memeriksakan diri ke Klinik Permata Hati RSUP dr. Sardjito Jogja dan di sinilah promil kembali dimulai.

To be continued...

PENGALAMAN PROMIL PART 3: ANALISA SPERMA PERTAMA

Kali ini masih melanjutkan cerita promil sy dg dr. Enny. Setelah sy periksa saat haid hari ke 2 dan beliau menyatakan semua aman, sy kembali lagi untuk kontrol ke tempat praktik mandiri dr. Enny pada 23 November 2018. Pada tanggal tsb, diprediksikan sy mengalami ovulasi (hari ke 14 dari tanggal haid pertama). Saat diperiksa melalui USG TransV, dr. Enny mengatakan bahwa sel telur sy besar dan cukup untuk dibuahi, ukurannya 20 mm. Beliau menyarankan sy untuk tetap melakukan segala wejangan yg sudah disampaikan di pertemuan sebelumnya. Total biaya periksa Rp 140.000,-

Namun, jika sampai bulan depan sy belum hamil juga, sy diminta untuk kembali kontrol pada haid hari ke 2. Dann akhirnya sy pun menstruasi di bulan Desember 2018. Sedih sebenarnya setiap mens ini hadir (pasti para pejuang hamil juga merasakan hal serupa 😁). Lalu sy pun segera mendaftar untuk periksa. Unfortunately, kuota sudah penuh dan sy baru dapat antrian di hari ke 4 mens.

Tanggal 13 Desember 2018 sy diperiksa pada hari ke 4 mens. Seperti biasa dilakukan USG TransV (sampai sudah mati rasa dengan tindakan tsb 😁). dr. Enny mengecek kondisi indung telur dan semua hasilnya baik. Beliau kemudian menjelaskan tentang step selanjutnya dari promil yaitu analisa sperma (AS). Beliau memberi kami secarik kertas dan sy diminta mencatat sebagai berikut:
-Hubungan tanggal 17 Des (kemudian puasa hubungan sampai setelah AS)
-Cek AS tanggal 21 Des di Hi Lab Pusat
-Daftar ke HiLab tanggal 14 Des atas nama suami
-Tanggal 21 Des datang ke HiLab sebelum pukul 09.00 WIB
-Hasil dikonsulkan segera 2 hari setelah hasil keluar

dr. Enny memang sedetail dan care bgt sama pasiennya. Beliau selalu memberi semangat dan menyampaikan bahwa promil ini harus dilakukan kedua belah pihak. Bukan hanya pihak wanita saja, laki-lakipun juga harus dicek kondisi reproduksinya. Total biaya periksa Rp 140.000,-

Tanggal 21 Desember 2018, sy mengantarkan suami ke HiLab untuk melakukan AS. Kami datang sekitar pukul 8 pagi dan ternyata sudah ada antrian. Sebenarnya doi agak risih harus periksa AS karena kurang nyaman proses pengambilan sampelnya 😁. Kalau di HiLab ada ruangan khusus untuk AS. Ruangannya ckup luas sih, ada tempat tidur, televisi, dan tentunya ada majalah serta VCD dewasa untuk membantu proses pengeluaran sampel. Istri boleh ikut menemani suami di dalam ruangan, namun tidak boleh membantu pengeluaran sampel melalui hubungan seksual dan oral seks. Pengeluaran sampel murni dengan masturbasi tangan tanpa bantuan sabun atau gel apapun. Hal ini dikhawatirkan dapat memengaruhi hasil analisa. Setelah sampel keluar, segera untuk ditampung di wadah yang telah disediakan dan suami diminta mencatat jam sperma keluar. Sy agak lupa berapa lama hasil AS dapat diberikan. Untuk biaya AS di HiLab Jogja Rp 175.000,-.

Lanjut, setelah hasil AS keluar, kami kembali ke dr. Enny tanggal 29 Desember 2018 untuk konsultasi hasil. Hasil AS suami menunjukkan normospermi (konsentrasi, progresifitas, viabilitas, dan morfologi sperma dalam batas normal). Namun ditemukan jumlah sel leukosit yang tinggi yaitu 4.45 juta/ml (normalnya kurang atau sama dengan 1 juta/ml) dan aglutinasi positif (normalnya, aglutinasi negatif). Saat itu dr. Enny memberi penjelasan bahwa leukosit bisa jadi karena adanya infeksi silang saat berhubungan. Bisa jadi karena istri pernah ada keputihan, kemudian berhubungan seksual, dan terjadilah infeksi silang. Beliau menyampaikan dengan antibiotik nanti sel leukositnya bisa turun. Namun dr. Enny tidak membahas tentang aglutinasi ini secara detail. Beliau hanya menyampaikan aglutinasi ini kaitannya dg sel leukosit tsb. Suami kemudian mendapatkan resep antibiotik Levofloxacin 1x1 selama 10 hari dan diminum pagi hari. Kami harus menebus resep tsb di apotek dan kami diminta kembali kontrol jika sy mens lagi di bulan depan. Total biaya konsultasi Rp 85.000,-. Sy lupa untuk harga antibiotik tsb.

Di bulan Januari 2019, sy sempat GR dan bahagia karena telat haid sampai 10 hari 😁. Namun berkali-kali tespek kok masih satu garis yaa. Bahkan teman-teman di kantor mendoakan dan optimis kalau sy hamil. Sy pun kemudian bilang ke suami bagaimana jika periksa sj ke dr. Enny karena sudah telat haid 10 hari. Ehhh baru selesai reservasi ke dr. Enny, keluar darah merah 😫. Gak jadi GR dehhh. Jadinya reservasi tsb untuk periksa haid pertama 😂.

To be continued....

PENGALAMAN PROMIL PART 2: TIPS PROMIL dr. ENNY

Setelah kejadian kurang menyenangkan dg dokter XXX, sy mendadak jadi parno dengan diagnosa PCOS yg beliau tulis direkam medis. Yap, sy langsung gak bisa tidur dan berusaha kepo apa itu PCOS. Intinya Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau sindrom polikistik ovarium adalah kelainan hormonal yang terjadi pada wanita remaja dan wanita usia subur. Dokter bisa mendiagnosis seorang wanita mengalami PCOS dengan adanya dua dari tiga kriteria berikut: kelebihan kadar hormon androgen, gangguan ovulasi, dan gambaran sel telur yang berbentuk kista-kista kecil.

Untuk mengetahui kadar hormon androgen dpt dilakukan melalui hasil lab. Namun beberapa sumber menyampaikan bahwa kelebihan hormon androgen ditandai dengan adanya pertumbuhan rambut yang berlebihan di area bibir atas, dagu, leher, daerah cambang, dada, perut bagian atas atau bawah, lengan atas, dan paha bagian dalam; memiliki jerawat ringan hingga berat; maupun mengalami rambut rontok. Sementara itu, gangguan ovulasi biasanya ditandai dg siklus menstruasi yang tidak teratur atau bahkan periode menstruasi yang tidak datang sama sekali (amenore). Guys, jika ingin informasi lebih komplit tentang PCOS bisa googling yaak.

Sy mencoba mengevaluasi diri dan sy tidak pernah mengalami gangguan menstruasi. Mens sy teratur dg siklus 28hari. Tidak ada juga pertumbuhan rambut berlebih. Apakah benar sy PCOS?

Akhirnya sy mantep untuk mencari second opinion ke SpOG lain. Pilihan sy jatuh kepada dr. Enny Setyowaty Pamuji, Sp.OG. Beliau SpOG yg praktik di RS JIH dan buka praktik mandiri di kawasan Jl. Laksda Adisucipto KM 9,5 Yogyakarta (alamat lengkap bisa googling yaak). Sy mendapatkan rekomendasi dari teman yg sukses promil dg beliau. Sempat baca di blog-blog juga nama beliau termasuk dalam jajaran SpOG favorit di Jogja. Oiya, kalau mau periksa dg beliau, harus reservasi jauh-jauh hari. Saat itu sy reservasi sekitar 2 minggu sebelumnya.

Tanggal 23 Agustus 2018, pertama kalinya sy dan suami ke praktik mandiri dr. Enny. Lokasinya jauh dari rumah kami sekitar 18 km. Pertama kali datang, sy sangat polos. Datang sebelum jam buka praktik beliau, pdhl sudah pasti beliau tidak akan ontime 😆. Dan benar saja, sy datang dari jam 16.25 WIB dan baru mulai praktik jam 18.30 WIB 🤣. Sy dipanggil jam 21.00 WIB.

Seperti biasa, ditanya ttg sudah brp lama menikah, intensitas berhubungan suami istri, pola menstruasi, dll. Beliau cukup detail saat menjelaskan step-step promil. Kemudian sy diperiksa USG TransV. Sambil memeriksa, dr. Enny menjelaskan gambaran di layar USG. Saat itu sy sedang Haid hari ke 2. Beliau menyampaikan bahwa kondisi rahim baik, bersih, tidak ada miom atau kista, ukuran rahim sekian, dan kondisi indung telur baik. Kemudian sy bertanya ”dok, apakah sy mengidap PCOS?”. Beliau menjawab ”tidak ada gambaran sel telur kecil-kecil mbak, siapa yang bilang PCOS?”. Oke, sy langsung lega. Oiya, dr. Enny mengatakan bahwa rahim sy retrofleksi (apa itu, bisa googling yaaak) sehingga beliau menganjurkan agar posisi berhubungan ”nungging” jika suami akan ejakulasi. Kemudian dr. Enny memberi sy secarik kertas dan sy diminta untuk menulis beberapa wejangan beliau, yaitu

1. Berhubungan suami istri tiap 2 hari sekali yaa. Kalau merasa capek, boleh lah 3 hari sekali. Tp tidak boleh kosong (tidak berhubungan badan) lebih dari 3 hari.

2. Olahraga selama minimal 10 menit tidak berhenti (indikatornya sampai capek/berkeringat) setiap 2 hari sekali juga. Olahraga yg disarankan: jalan, lari, renang, bersepeda. Namun olahraganya selang seling dengan jadwal berhubungan yaa. Misalnya Senin berhubungan. Selasa olahraga. Rabu berhubungan. Kamis olahraga, dan seterusnya.

3. Tidak disarankan makan daging kambing, sapi, atau kuda yg tidak matang sempurna seperti steak yg tidak welldone maupun sate. Kenapa tidak disarankan? Karena mengantisipasi adanya infeksi tokso. Kalau daging tsb dimasak dalam bentuk tongseng atau gulai tidak apa-apa. Khusus ”ayam” boleh jika pengen sate ayam.

4. Rutin minum suplemen yg diresepkan beliau 1 tablet per hari. Diminum sampai hamil.

5. Konsumsi sayur dan buah 3 porsi setiap harinya.

6. Tidak diperkenankan menggunakan pantiliner dan sabun cuci vagina (untungnya gak pake). Setelah buang air kecil, cebok dg gayung sampai 5x kemudian keringkan dengan tisu.

Kesan pertama periksa dg dr. Enny, sy langsung merasa cocok karena beliau sangat detail dalam menjelaskan. Suami juga merasa dr. Enny lugas penjelasannya. Kamipun diminta periksa kembali di hari ke 13 haid untuk cek kondisi telur.


FYI
Biaya pendaftaran Rp 10.000,-
Biaya periksa SpOG & USG Rp 125.000,-
Obat: Prenatin DF 20 tablet Rp 100.000,-
BHP Rp 5.000,-


To be continued....

PENGALAMAN PROGRAM HAMIL (PROMIL) PART 1: PCOS?


Sebenarnya lama sekali ingin menulis perjalanan promil sy dan suami. Namun baru sekarang ini ada semangat untuk menulis perjalanan kami. Kisah yang kami bagikan ini semoga bisa menjadi bacaan bagi pasangan di luar sana yang masih ragu-ragu atau sedang berencana untuk promil.

22 Juli 2017 sy, yang kala itu masih menjadi mahasiswa S2 di salah satu universitas di Taiwan, menikah dengan seorang dosen di salah satu PTN di DIY. Sekitar 1.5 bulan setelah menikah, kami harus menjalani long distance marriage (LDM) Taiwan~Jogja karena sy harus menyelesaikan studi S2 yg saat itu memasuki semester 3. Selama LDM, kami sempat beberapa kali bertemu pada bulan Oktober 2017 di Taiwan, Januari 2018 di Korea Selatan, dan April 2018 di Jogja. Namun tetap sy belum hamil. Saat itu tetap berpikir positif, mungkin karena ketemunya cuma sebentar dan saat berhubunganpun tidak pada masa subur (make sense sih kalau belom ”jadi”).

Juni 2018 sy berhasil menyelesaikan S2 dan akhirnya 21 Juli 2018 sudah full time tinggal bersama suami di Jogja. Sy kemudian berdiskusi dg suami bagaimana jika bulan depan kita mulai promil karena usia pernikahan sudah 1 tahun. Saat itu suami sempat mengatakan ”kan 1 tahun pernikahan ini kita LDM”. Namun setelah sy bujuk, akhirnya beliau setuju.

Sempat ngobrol sama sahabat yg pernah promil dan disarankan ke salah satu dokter wanita bernama XXX. Beliau ternyata merupakan SpOG yg sangat sibuk karena banyak sekali tempat praktiknya. Akhirnya sy memutuskan untuk mencoba promil dg beliau dan apesnya dapat nomor antrian 28 alias pasien terakhir. 4 Agustus 2018 sy sudah standby di tempat praktik beliau sejak pukul 19.30 WIB. Ternyata beliau baru mulai praktik jam 21.30 WIB karena harus melakukan tindakan operasi terlebih dahulu. Finally, sy baru diperiksa pukul 02.30 WIB (dini hari guys, sampai berganti tanggal). Pemeriksaan yg dilakukan adalah USG Transvaginal (USG yg dilakukan melalui saluran vagina). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi rahim maupun indung telur. Bagaimana rasanya? Rasanya gak nyaman sih guys karena alat yg dimasukkan ke vagina ini semacam kyk golok 😆. Untuk lebih jelas gambar alat USG TransV seperti apa, silakan googling yaak. Oiya timing yg tepat untuk datang ke dokter untuk promil seharusnya saat Haid ke 1 atau ke 2. Jadi kondisi ”dasar” (baseline) dari rahim maupun indung telur masih belum banyak dipengaruhi oleh hormonal yg fluktuatif. Namun pada saat itu sy datang di Haid ke 5 (jangan ditiru yaak).

Lanjut ke hasil pemeriksaan USG TransV, sempat sedih karena dokter langsung bilang ”telurnya kecil-kecil, jadi tidak bisa dibuahi”. Sungguh saat itu mendadak baper dan merasa gak percaya karena dokternya aja ”tidur” saat memeriksa. Sy langsung didiagnosa ”PCOS” dan sy diresepi ”ovacare”. Suamipun juga diminta untuk analisa sperma.

Setelah kejadian ”kurang nyaman” dengan dokter tsb, sy langsung mantep untuk pindah dokter. Sy pengen cari dokter yg ”tidak banyak tempat praktiknya”. Ovacare tetap sy konsumsi dan mencoba berhubungan rutin dg suami dg berpacu pada aplikasi ”Flo”. Kamipun sepakat untuk coba menikmati waktu berdua dulu sambil mencari the next SpOG yg sesuai.


FYI
Biaya periksa SpOG Rp 85.000,00
Pendaftaran Rp 13.000,00
Ovacare Rp 225.000,00 (1 box isi 30 tablet)