PENGALAMAN PROMIL PART 4: PENGALAMAN HSG


Kita lanjut lagi yaa. Setelah merasa terPHP telat mens 10 hari dan akhirnya keluar darah mens, tanggal 18 Januari 2019 sy periksa ke dr. Enny. Sy menceritakan bahwa kemarin sempat telat mens 10 hari bla bla bla. Selanjutnya dr. Enny menyampaikan bahwa telat mens bisa jadi karena sy sedang stress sehingga hormonalnya fluktuatif. Lalu sy pikir ”hemm, benar juga yaa”.

Pada pertemuan periksa kali ini, dr. Enny menjelaskan bahwa setelah kita mengetahui kondisi rahim baik, sel telur baik, sel sperma baik, maka selanjutnya harus mengetahui apakah saluran tuba tersumbat atau tidak. Sehingga dr. Enny memberi sy rujukan untuk histerosalpingografi (HSG). Apa itu HSG? Teman-teman bisa googling yaak kalau mau tahu lebih detail ttg HSG. Intinya HSG ini merupakan pemeriksaan dengan sinar X (Rontgen) untuk melihat kondisi rahim dan saluran tuba pada wanita. Tes ini dilakukan oleh spesialis radiologi dengan memasukkan zat kontras ke dalam rahim hingga saluran tuba. dr. Enny menyampaikan HSG baiknya dilakukan pada hari ke 6 atau 7 dari hari pertama haid.

Seperti biasa, dr. Enny meminta sy menulis dalam selembar kertas:
-daftar HSG besok pagi ke HiLab Jogja untuk tes tanggal 23 atau 24 Januari 2019. Jika penuh, maka harus segera telp Lab lain yg available pd tanggal tsb.
-minum doxycycline sehari 2x selama 7 hari dimulai dari tanggal 18 Jan 2019 sampai dengan 25 Jan 2019.
-selama masa tunggu hari-H HSG boleh berhubungan suami istri dan tidak perlu mencukur rambut pubis.
-segera konsultasikan hasilnya.

Oiya, doxycycline ini antibiotik untuk mencegah adanya infeksi bakteri karena sy akan melalui HSG. Total biaya periksa dan obat Rp 114.000,-.

Keesokan harinya sy mencoba menghubungi HiLab. Ternyata di tanggal 23 atau 24 Januari 2019 sudah full. Bisanya tanggal 25 Januari 2019 dan staf HiLab mengatakan tidak apa-apa di tanggal 25 masih masuk range waktu yang disarankan untuk HSG. Akhirnya yasudah sy daftar HSG untuk tanggal 25 Januari 2019.

Berhari-hari, selayaknya orang yg degdegan dengan pemeriksaan HSG, sy banyak googling tentang pengalaman orang-orang yg sudah menjalani HSG. Almost mengatakan bahwa HSG ini rasanya SAKIT 😥. Trus sy sampai kepo ke yutup juga untuk melihat prosedurnya seperti apa. Oke ada alat cocor bebek! Udah bisa sy bayangkan ketidaknyamanan alat tsb karena dulu saat di Taiwan sy pernah papsmear. Namun di Taiwan cocor bebeknya yg disposable dan ada ukuran SML nya. Nah kalau di HiLab kyke cocor bebek besi yg satu ukuran deh 😫. Yaa begitulah bayangan-bayangan yg membuat sy khawatir dan gak bisa tidur.

Sampailah di hari H pemeriksaan HSG. Sy izin ke atasan di kantor untuk pulang ke rumah selepas pemeriksaan HSG karena menurut review di blog, setelah HSG akan timbul nyeri (sampe segitunya yaa. Tp sy emang tipe orang yg lebih baik berkata apa adanya daripada pura-pura baik-baik saja 😆).

Tanggal 25 Januari 2019 sekitar jam 13.00 WIB sy tiba di HiLab Jogja. Seperti biasa, pembayaran di muka untuk HSG sebesar Rp 850.000,-. Kemudian sy diantar petugas untuk menunggu di depan ruang radiologi. Degdegan banget waktu menunggu dipanggil dan akhirnya dipanggil juga. Setelah masuk ke ruangan HSG, step-step yg sy lakukan saat itu yaitu:
1. Buang air kecil dahulu.
2. Ganti baju. Semua baju dilepas kecuali bra.
3. Tiduran dg posisi litotomi (bisa googling seperti apa posisi tsb), kemudian dokter radiologinya mengarahkan sy untuk relaks.
4. Cocor bebek besi (spekulum) mulai dimasukkan ke vagina.
5. Dokter melakukan desinfektan area leher rahim (cervix).
6. Dokter memasukkan kateter melalui vagina ke rahim.
7. Sy diminta relaks kemudian posisi kaki diminta untuk lurus.
8. Dokter mulai menyemprotkan kontras ke dalam kateter dan rasa mules muncul.
9. Posisi kaki tetap lurus.
10. Dimasukkan kontras lagi kemudian sy diminta posisi miring ke kiri sejenak. Lalu posisi berubah miring ke kanan sejenak.
11. Prosedur HSG selesai, kemudian perawat membersihkan area vagina dan memberi sy pembalut.
12. Ganti baju dan memakai pembalut.

Hasil HSG bisa ditunggu selama 1 jam. Namun sy memutuskan untuk pulang saja dan mengambil hasilnya esok hari. Menurut sy pemeriksaan HSG ini tidak menimbulkan nyeri. Hanya saja menimbulkan rasa tidak nyaman dan rasa mulas. Terlebih saat zat kontras mulai dimasukkan. Oiya, sy harus memakai pembalut setelah HSG karena umumnya akan keluar flek-flek coklat selama beberapa hari. Sebelum sy meninggalkan Lab, staf menyampaikan bahwa jika muncul nyeri yg hebat, sy bisa mengkonsumsi analgesik seperti asam mefenamat. Sesampainya di rumah sy langsung tidur untuk menghindari adanya nyeri. Alhamdulillah tidak ada rasa nyeri yang muncul.

Keesokan harinya, sy mengambil hasil HSG. Hasil menunjukkan bahwa kondisi rahim tidak ada miom atau polip, ukuran dan bentuk dalam batas normal, tidak ada sumbatan pada kedua saluran tuba, dan bentuk rahim antefleksi. Sy agak kaget krn kok bentuk rahim sy antefleksi? Padahal berkali-kali sy USG TransV bentuk rahim sy retrofleksi. Hemmm 🤔. Yaasudahlah yg penting tidak ada masalah di rahim dan saluran tuba.

Seminggu kemudian sy membawa hasil HSG ke tempat praktik dr. Enny. Namun belum sampai pada giliran antrian sy, mendadak dr. Enny harus ke RS JIH karena ada emergency SC. Yaa mau gak mau semua pasien yg belum diperiksa harus bubar jalan alias pulang 😆. Agak KZL sih, tapi yaudah toh ini sy hanya mengkonsultasikan hasil HSG yg alhamdulillah normal. Setelah kejadian bubar jalan sebelum diperiksa, suami jadi agak ”malas” untuk kembali ke tempat praktik dr. Enny. Padahal beliaunya enak dan detail, namun kami lelah jugaa udah nunggu tapi disuruh pulang. Sedih menn, 18 km jaraknya dari rumah kami 😁. Akhirnya sy dan suami memutuskan untuk mencoba alami ajaa dulu karena dari hasil HSG juga semua baik-baik sajaa.

Januari, Februari, Maret, April, Mei 2019 dilalui dan sy belum jugaa hamil. Sebenarnya tidak apa-apa, sy dan suami bisa memanfaatkan waktu ini menjadi quality time untuk pacaran dulu. Toh dulu sy dan suami gak pacaran sebelum menikah 😁. Namun yg bikin gak nyaman adalah CIBIRAN ORANG. Sy sudah kebal sebenarnya sering diomongin ini itu kenapa belum hamil dll. Namun ada suatu waktu dimana sy sampai menangis. Ada ”emak-emak” (lebih dari satu emak) langsung ngomong di depanku seperti ini ”udah dua tahun nikah kok belum hamil sih mbak? Ibuk sampeyan anaknya berapa sih? Soalnya kalau ibuknya Anggik kan anaknya ada 3 yaa. Jangan-jangan mbaknya ini anak tunggal yaa”.

Aku mencoba mencerna omongan emak-emak ini, seolah-olah ”ngejugde” kalo pasangan suami istri jika belum dikaruniai anak, pasti disebabkan karena pihak wanita yg infertil. Sampai kepo tentang berapa anak dari ibu sy. Entah ini sy yg terlalu baper atau bagaimana. Cumaa rasanya perih guys dicibir seperti itu. Ibu sy punya 2 anak, terus kalo ibu mertua sy punya 3 anak, maka apakah berarti sy ini keturunan infertil? Gagal paham sih sy. Semenjak kejadian tsb, sy agak enggan kalau diajak suami mudik. Bukan apa-apa, tapi omongan tetangga di sana kurang menyenangkan 😪.

Bulan Juni 2019 mens sy kembali hadir. Namun kali ini agak berbeda, sudah 14 hari darah merah masih keluar. Akhirnya sy memutuskan untuk memeriksakan diri ke Klinik Permata Hati RSUP dr. Sardjito Jogja dan di sinilah promil kembali dimulai.

To be continued...

No comments:

Post a Comment