PENGALAMAN PROGRAM HAMIL (PROMIL) PART 1: PCOS?


Sebenarnya lama sekali ingin menulis perjalanan promil sy dan suami. Namun baru sekarang ini ada semangat untuk menulis perjalanan kami. Kisah yang kami bagikan ini semoga bisa menjadi bacaan bagi pasangan di luar sana yang masih ragu-ragu atau sedang berencana untuk promil.

22 Juli 2017 sy, yang kala itu masih menjadi mahasiswa S2 di salah satu universitas di Taiwan, menikah dengan seorang dosen di salah satu PTN di DIY. Sekitar 1.5 bulan setelah menikah, kami harus menjalani long distance marriage (LDM) Taiwan~Jogja karena sy harus menyelesaikan studi S2 yg saat itu memasuki semester 3. Selama LDM, kami sempat beberapa kali bertemu pada bulan Oktober 2017 di Taiwan, Januari 2018 di Korea Selatan, dan April 2018 di Jogja. Namun tetap sy belum hamil. Saat itu tetap berpikir positif, mungkin karena ketemunya cuma sebentar dan saat berhubunganpun tidak pada masa subur (make sense sih kalau belom ”jadi”).

Juni 2018 sy berhasil menyelesaikan S2 dan akhirnya 21 Juli 2018 sudah full time tinggal bersama suami di Jogja. Sy kemudian berdiskusi dg suami bagaimana jika bulan depan kita mulai promil karena usia pernikahan sudah 1 tahun. Saat itu suami sempat mengatakan ”kan 1 tahun pernikahan ini kita LDM”. Namun setelah sy bujuk, akhirnya beliau setuju.

Sempat ngobrol sama sahabat yg pernah promil dan disarankan ke salah satu dokter wanita bernama XXX. Beliau ternyata merupakan SpOG yg sangat sibuk karena banyak sekali tempat praktiknya. Akhirnya sy memutuskan untuk mencoba promil dg beliau dan apesnya dapat nomor antrian 28 alias pasien terakhir. 4 Agustus 2018 sy sudah standby di tempat praktik beliau sejak pukul 19.30 WIB. Ternyata beliau baru mulai praktik jam 21.30 WIB karena harus melakukan tindakan operasi terlebih dahulu. Finally, sy baru diperiksa pukul 02.30 WIB (dini hari guys, sampai berganti tanggal). Pemeriksaan yg dilakukan adalah USG Transvaginal (USG yg dilakukan melalui saluran vagina). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi rahim maupun indung telur. Bagaimana rasanya? Rasanya gak nyaman sih guys karena alat yg dimasukkan ke vagina ini semacam kyk golok 😆. Untuk lebih jelas gambar alat USG TransV seperti apa, silakan googling yaak. Oiya timing yg tepat untuk datang ke dokter untuk promil seharusnya saat Haid ke 1 atau ke 2. Jadi kondisi ”dasar” (baseline) dari rahim maupun indung telur masih belum banyak dipengaruhi oleh hormonal yg fluktuatif. Namun pada saat itu sy datang di Haid ke 5 (jangan ditiru yaak).

Lanjut ke hasil pemeriksaan USG TransV, sempat sedih karena dokter langsung bilang ”telurnya kecil-kecil, jadi tidak bisa dibuahi”. Sungguh saat itu mendadak baper dan merasa gak percaya karena dokternya aja ”tidur” saat memeriksa. Sy langsung didiagnosa ”PCOS” dan sy diresepi ”ovacare”. Suamipun juga diminta untuk analisa sperma.

Setelah kejadian ”kurang nyaman” dengan dokter tsb, sy langsung mantep untuk pindah dokter. Sy pengen cari dokter yg ”tidak banyak tempat praktiknya”. Ovacare tetap sy konsumsi dan mencoba berhubungan rutin dg suami dg berpacu pada aplikasi ”Flo”. Kamipun sepakat untuk coba menikmati waktu berdua dulu sambil mencari the next SpOG yg sesuai.


FYI
Biaya periksa SpOG Rp 85.000,00
Pendaftaran Rp 13.000,00
Ovacare Rp 225.000,00 (1 box isi 30 tablet)

No comments:

Post a Comment